Skip to main content

Good Governance is Very GooD


Bukan sekedar slogan, saya sudah merasakannya sendiri. Dikarenakan mulai senin depan saya akan mengikuti International short course di negeri tetangga. Wah sudah pasti dong banyak surat yang harus diurus. Meskipun pemberitahuan sudah diinformasikan jauh-jauh hari sebelumnya, tapi karena kesibukan dan kebiasaan jelek kalo bisa besok kenapa harus sekarang (…jangan diikiuti!!!) maka saya baru mengurusnya seminggu sebelum keberangkatan.

Mulai dari surat tugas, izin dari Setneg, sampai exit permit dari Deplu. Untunglah (wong jowo untung terus!) hari ini selesai semua dan senin aku akan dinegeri orang selama sebulan penuh. Dalam short course tersebut pihak penyelenggara mensyaratkan kepada setiap peserta agar membawa dokumen berupa film mengenai negara asal peserta. Sempet bingung juga mencari material ini, setelah tanya ama mbah google dan unduh sana-sini tapi hasilnya masih kurang. Seorang teman menyarankan mas kenapa gak coba ke menbudpar aja pasti disana ada.

Mengikuti saran dari teman saya pagi ini jam 08.30 langsung tancap gas meluncur ke medan merdeka barat. Sampai di depan lobi disambut security yang with smiling face “ ada yang bisa dibantu pak?”. Secara dapat bantuan to the point saya utarakan maskud hati. Dengan simpatik bapak dan mba resipsionei mempersilahkan saya untuk menunggu, sebab petugas yang bersangkutan sedang olahraga, “biasa pak hari jumat hari krida”. Menunggu selama 30 menit di ruang tamu yang sejuk ac, bersih dan berhotspot menjadikan suasan tidak jemu. Silahkan pak mengisi daftar tamu, langsung lantai 10 di Direktorat Sarana dan Promosi.

Tiba di lantai 10 tak menunggu lama langsung disambut dengan pertanyaan “ada yang bisa dibantu Pak?”. Begini bu saya …………film tentang Indonesia. “ Oh…tunggu sebentar”! Si Ibu yang baik hati memanggil staf pegawainya menjelasakan maksud dan tujuan saya, tak sampai 5 menit pegawai tersebut sudah membawakan setumpuk cd dan dvd serta formulir untuk saya isi. Setelah selesai semua saya tanyakan kepada pegawai tersebut adakah biayanya? Dengan senyum yang tulus dijawabnya “tidak Pak, ini gratis”! Deg…(kaget…terkaget…)ruar biasa terbseit dalam hati padahal Departemen Kebudayaan dan Pariwisata belum renumerasi!

Sepertinya inilah buah manis dari reformasi birokrasi.




Comments

Popular posts from this blog

Enaknya Jadi PNS

Hah!!...sambil bengong manggut-manggut baca berita di Kompas hari ini, bayangkan akan ada pengurangan 100.000 orang PNS pertahun. Thus pemerintah akan stop penerimaan ujian PNS mulai tahun depan, glek! Wah khawtir juga nih bisa-bisa kena perampingan. Indonesia merupakan negara berkembang yang jumlah pengangguran yang cukup tinggi , sementara daya serap pasar tenaga kerja sangat kecil. Faktor inilah menjadi salah satu alasan orang untuk menjadi PNS. Seperti saya ini dulu punya cita-cita jadi wartawan, tapi orang tua lebih mengarahkan untuk menjadi PNS.Sebagai orang timur yang katanya menjunjung tinggi adat maka saran orang tua harus saya jalani.Setelah 6 tahun jadi PNS ternyata saran orang tua mulai saya rasakan manfaatnya.Beberapa alasan enaknya jadi PNS menurut saya antara lain : Saya tidak repot cari kerja setelah lulus (maklum saya lulusan sebuah sekolah kedinasan di daerah bintaro); Pendapatan tiap bulan udah pasti (meski masih ngobyek mempertahankan dapur tetap ngebul); Adanya ja

Rp.1.000 trilyun

Siang menjelang sore kemarin saya dapat cerita bahwa "Uang Rp.100.000,- yang ada sekarang adalah uang duplikat". Berikut cerita tentang uang duplikat tersebut : Dahulu saat pemerintah Orde Baru masih berkuasa pernah memberikan order kepada pemerintah Australia untuk mencetak uang pecahan Rp.100.000,- yang jumlahnya Rp.1.000 trilyun (..ck...ck...ck..) Setelah uang itu jadi dan telah dikapalkan ke Indonesia keadaan dalam negeri sedang rame apa yang namanya REFORMASI.Sehingga uang hasil pencetakan belum sempat masuk ke Bank Indonesia.Sampai saat ini uang tersebut masih ada di tangan para Jenderal.Uang tersebut saat ini masih ada di beberapa Pelabuhan di Indonesia.Para Jenderal menahan uang tersebut sebab fee untuk mereka belum dibayarkan, sebesar 2% X Rp.1.000 trilyun, sesuai kesepakatan .Terakhir uang tersebut telah diserahkan ke pihak Bank Indonesia sejumlah Rp.50 trilyun.Sisanya masih disimpan para penguasa (para Jenderal) karena bayaran feenya tidak sesuai dengan kesepakata

Desktop Valuation

Mencari informasi di google dengan key word ini hasil yang diperoleh mostly dari pihak/penilai yang menawarkan jasa untuk melaksanakan penilaian properti dengan desktop valuation. Sebagian memang menyebutkan definisi dan sedikit penjelasan. Dari hasil pencarian di web tersebut berasal dari Australia dan Amerika terlepas dari sempurna tidaknya search engine yang digunakan. Dari informasi di beberapa laman web jika boleh disarikan desktop valuation adalah penilaian properti yang dilaksanakan tanpa melakukan survei pengamatan langsung atas objek penilaian. Penilaian dilakukan oleh Certified Valuer ataupun Registered Appraisal . Para penilai menggunakan data dan informasi yang diberikan oleh si pemberi tugas kemudian melakukan analisis on desk atas data tersebut. Hal ini dimungkinan karena para penilai ini telah memiliki data base yang mencukupi, tentu saja laporan penilaiannya dilengkapi dengan asumsi dan diclaimer yang menjadikan dasar opini nilainya. Penggunaan desktop valu